KONSEP BELAJAR & TEORI BELAJAR

  1. PENGERTIAN BELAJAR

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku belajar yang nampak dari luar.

Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Di bawah ini akan dikemukakan pandangan beberapa ahli :

  1. Dalam bukunya Conditioning and Instrumental Learning (1967), Walker mengemkakan arti sbelajar dengan kata-kata yang singkat yakni belajar merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.

  2. C.T.Morgan dalam Introduction to Phsycology (1961), merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relativ menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

  3. Dalam Educational Phsycology: a Realistic Approach (1977), Good&Boophy mendefinisikan belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal, proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata yang terjadi dalam diri individu dalam usaha memperoleh hubungan baru yang berupa antar perangsang, antar reaksi maupun antar perangsang dan reaksi.

  4. Crow&Crow (1958) menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap dan dapat memuaskan minat individu untuk mencapai tujuan.

  5. Hintzman (1978) menjelasakan belajar ialah perubahan yang terjadi pada organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

  6. Effendi&Praja (1993) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, merupakan proses, kegiatan dan bukan tujuan.

  7. Atkinson mendefinisikan belajar sebagai perubahanyang relative permanent pada perilaku yang terjadi akibat latihan.

  8. Hilgard&Bower dalam Theories of Learning, seperti dikutip Purwanto (1998), mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu dan perubahan tinbgkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas kecenderungan respons pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.

Berdasarkan beberapa rumusan definisi menurut para ahli tersebut diatas, dapat diperjelas bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakuakan seseorang untuk memperoleh perubahan, baik perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan).

  1. TEORI BELAJAR

Teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus-respons dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Berikut ini mrupakan beberpa teori belajar, yakni :

  1. Teori Conditioning

Bentuk paling sederhana dari belajar ialah conditioning karena sifatnya yang sangat luas. Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang kesangupan untuk berespons terhadapa stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain. Teori Conditioning dibagi lagi menjadi dua yakni :

    1. Conditioning Klasik

Tokoh dari Conditioning Klasik adalah Ivan Pavlov. Prinsip dasar dari Teori Conditioning Klasik atau Clasical Conditioning adalah sebuah Unconditioned Stimulus (US) merupakan objek dalam lingkungan organisme yang secara otomatis diperoleh tanpa harus mempelajarinya terlebih dahulu atau bisa dikatakan sebagi suatu proses yang nyata Unconditioned Respons (UR), dan Conditioned Stimulus (CS). Conditioning klasik timbul ketika stimulus netral sebelumnya (CS) mampu memberikan respon yang nyata atau terlihat dengan sendirinya. Belajar terjadi karena adanya syarat-syarat (cionditions) yang kemudian menimbulkan respons. Untuk menjadikan seseorang itu belajar kita harus memberikan syarat-syarat tertentu yang terpenting dalam belajar adalah adanya latihan yang kontinyu.

    1. Conditioning Operan

Conditioning Operan dicptakan oleh Skinner dan memiliki arti umum conditioning perilaku. Tidak seperti conditioning klasik, respon dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya.perbedaan antara teori belajar klasik dan operan adalah adanya stimulus diskriminan tersebut, yaitu membedakan antara saat suatu perilaku berhasil secara efektif dan kondisi perilaku tidak akan efektif.

  1. Teori Psikologi Gestalt

Seperti namanya dari teori ini, teori ini diperkenalakn oleh Gestalt. Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks menuju hal-hal yang lebih sederhana. Keseluruhan memberi makan pada bagian-bagian. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut. Belajar adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan. Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian. Dalam proses belajar indivudu selalu merupakan organisme yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain.

  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang individu dapat dibagi menjadi dua bagian yakni :

  1. Faktor Endogen

Disebut juga faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor endogem dibagi labi menjadi dua yakni faktor fisik dan faktor psikis.

    1. Faktor Fisik

Faktor fisik ini misalnya faktor kesehatan pada individu, bisa juga faktor cacat karena bawaan sejak lahir. Untuk mengatasi faktor kesehatan, pihak sekolah bisa bekerjasama dengan dinas kesehatan agar siswa-siswa tidak terhambat dalam proses belajarnya.

    1. Faktor Psikis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikis yanhg bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Di antara begitu banyak faktor psikis, yang peling sering dibahas adalah :

      1. Faktor Intelegensi atau kemampuan

Kenyataan menunjukkan bahwa ada seseorang yang memiliki kemampuan tinggi sehingga mudah untuk mempelajari sesuatu. Namun sebaliknya ada pula orang yang memiliki kemampuan rendah sehingga menngalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu. Dengan demikian perbedaan dalam mempelajari sesuatu dapat disebabkan pada perbedaan taraf kemampuannya.

      1. Faktor Perhatian dan Minat

Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi jika tidak mampunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari maka ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar.

      1. Faktor Bakat

Pada dasarnya bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang memiliki intelegemsi sangat cerdas disebut juga anak berbakat. Bakat pada setiap individu berbeda-beda, namun kadang orang tua tidak mempedulikan hal ini bahakan mereka sering memaksakan kehendak pada anak. Pemaksaan kehendak pada anak tentu saja kan berpengaruh buruk terhadap prestasi anak yang bersnagkutan.

      1. Faktor Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, faktor motivasi memegang peranan pula. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya individu dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran.

      1. Faktor Kematangan

Kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organ-organnya sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

      1. Faktor Kepribadian

Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar. Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu anak adalah makhluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Fase perkembangan seorang anak tidak selalu sama.

  1. Faktor Eksogen

Faktor eksogen atau sering disebut sebagai faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor internal dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni :

    1. Faktor Keluarga

Individu-individu yang baru berkembang, yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses belajar sehingga akan mengambil alih nilai-nilai yang umum berlaku pada kelompoknya. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan seseorang tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.

    1. Faktor Sekolah

Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan guru dan bagaimana cara mengajarkan pengetahuan itu pada siswa bisa turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai sang anak. Selain itu faktor hubungan baik antara guru dan siswa juga ada pengaruhnya.

    1. Faktor Lingkungan Lain

Faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengeruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar sekolah memang baik untuk membantu perkembangan anak. Namun tidak semua aktivitas dapat membantu anak. Jika seorang anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar sekoah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut akan sangat merugikan anak karena kegiatan belajarnya terganggu.

  1. GAYA-GAYA BELAJAR

Pada prinsipnya, ada tiga gaya belajar yang paling umum dapat diamati oleh pendidik, yakni :

1. Gaya Visual (visual learning)

Yakni gaya belajar yang lebih suka menggunakan gambar-gambar, bahan bacaan yang dapat dilihat.

2. Gaya Audio

Yakni gaya belajar yang lebih suka mendengarkan, misalnya mendengarkan ceramah atau penjelasan dari gurunya, atau mendengarkan bahan audio seperti radio kaset, dan sebagainya.

3. Gaya Kinestetis

Yakni gaya belajar yang lebih suka menggunakan tangan dan badannya. Peserta didik tipe ini akan tidak suka diminta duduk manis untuk mendengarkan ceramah guru seperti yang disukai oleh peserta didik yang memiliki gaya audio. Peserta didik gaya taktil akan senang untuk diminta untuk mengerjakan pekerjaan tangan atau mengotak-atik mesin perkakas.

Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama halnya dengan sidik jari. Oleh karena itu, sekolah yang efektif harus dapat mengenali secara dini kecerdasan masing-masing peserta didik, dan kemudian memberikan layanan yang sesuai dengan tipe gaya belajar yang mereka miliki. Dengan demikian, peserta didik yang dikenali memiliki kecerdasan bahasa, sebagai misal, harus diberikan kesempatan untuk dapat membaca, menulis, dan mendengarkan kata-kata yang terkait dengan topik mata pelajaran yang diajarkan. Siswa yang dikenali memiliki kecerdasan logis-matematis, harus diberikan lebih banyak kesempatan untuk mempelajari prinsip-prinsip matematika, seperti operasi hitung, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan siswa yang telah dikenali memiliki kecerdasan ganda ragawi-kinestetik, atau satu jenis kecerdasan musikal, yang ternyata jika dikembangkan secara optimal, peserta didik diharapkan mampu menekuni pekerjaan sebagai olahragawan, atau penari terkenal, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional, dan bahkan internasional.

Demikianlah keragaman potensi kecerdasan ganda dan gaya belajar peserta didik yang harus medapatkan perhatian pendidik secara seimbang, tidak pilih kasih, tidak diskriminatif. Adanya kesadaran dari sekolah dan para pendidik bahwa peserta didik adalah manusia unik, yang telah memiliki potensi kecerdasan ganda. Potensi kecerdasan itulah yang harus memperoleh perhatian dari sekolah dan para pendidik, sehingga penyelenggaraan pendidikan benar-benar mampu mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Bukan mengabaikan, atau bahkan mematikannya. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan kepada peserta dididk untuk mencapai potensi tertingginya, baik dalam bidang kognitif, emonsional, dan kemampuan kreatifnya.

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar